BAB I.
PENDAHULUAN
1.1
Latar
Belakang Masalah dan Permasalahan
Sebagaimana yang sudah diketahui, kasus perbuatan yang bermotifkan
riya’, kepastian hukumnya amat jelas.Perbuatan seperti ini mendatangkan
kemurkaan dan siksa. Begitu pula telah jelas, jika sebaliknya, seseorang
beramal dengan tulus ikhlas ditujukan kepada Allah, maka amalannya merupakan
faktor yang menyebabkannya mendapatkan pahala.
Penulisan Karya Ilmiah ini diharapkan dapat mengarahkan untuk kita bisa
memahami mengapa sikap ikhlas sangat diperlukan dalam hidup ini, dan yang
terpenting bagaimana mengenali rasa-nya dan cara-cara ( how-to ) mencapainya. Karena sebagian orang sering menafsirkan
ikhlas secara salah. Komponen ikhlas yang terdiri dari sikap syukur, sabar,
fokus, tenang,dan bahagia, justru dianggap sikap yang lemah. Sikap itu
dikhawatirkan akan membuat mereka kurang dihargai orang, tidak tercukupi secara
materi, atau tidak tercapainya tujuan hidup karena tidak adanya ambisi. Padahal
yang terjadi justru sebaliknya. Dalam kondisi ikhlas-yang sekarang telah
dibuktikan secara ilmiah-manusia justru akan menjadi sangat kuat, cerdas, dan
bijaksana. Kta bisa berfikir lebih jernih, mampu menjalani hidup dengan lebih
efektif dan produktif untuk mencapai tujuan. Bahkan hubungan kita dengan
siapapun akan terjalin semakin menyenangkan.
Bayangkanlah bagaimana rasanya jka Anda bisa
100% meyakini tuntunan ikhlas bukan karena terpaksa harus meyakininya, tetapi
karena hasil dari proses keikhlasan hidup yang mewujud nyata dalam keseharian
Anda. Dimana Anda yakin bahwa ketika Anda sudah berikhlas dengan prosedur yang benar maka Anda semakin
dekat dengan Allah sehingga niat-niat Anda pun menjadi jauh lebih mudah
diraih.Dan Anda juga tahu bahwa jika Anda masih belum mendapatkan yang Anda
inginkan berarti Anda hanya perlu menyempurnakan lagi prosedur keikhlasan
didalam pikiran dan hati Anda.
1.2 Tujuan Penulisan
Berdasarkan latar belakang dan permasalahan seperti yang
telah diuraikan maka makalah ini bertujuan:
1.
Menpersiapkan
pribadi-pribadi manusia yang mengandalkan kekuatan diri sendiri , berfikir
positif, untuk mengakses daya terbesar manusia yaitu kekuatan perasaan positif
dari dasar hati yang ikhlas untuk meraih sukses.Buah cinta dari keikhlasan
adalah Ridho’ Allah swt yang menghasilkan kekuatan yang luar biasa untuk
mencapai kebahagiaan yang hakiki.
2.
Makalah
ini diajukan untuk melengkapi komponen penilaian mata kuliah Bahasa Indonesia
Akademik di STIE Swadaya, Jakarta.
1.3 Ruang Lingkup Masalah
Karya Ilmiah ini menekankan permasalahan manusia yang
sering kali tidak menerima ketentuan yang Allah tetapkan dalam menjalani
kehidupan ini sebagai penduduk bumi, untuk mengatasi permasalahan tersebut,
penulis mencoba untuk memberikan solusi atas
permasalahan itu dengan
membahas materi ikhlas sebagai jawaban atas ketidak tenangan hati karena sikap
hati yang kurang menerima kenyataan hidup.
Materi-materi yang akan dibahas dalam
makalah ini yakni pengertian ikhlas itu sendiri, kekuatan perasaan dari dasar
hati yang ikhlas, hakikat ikhlas, peta perasaan ikhlas, komposisi penting
ikhlas, tanda-tanda keikhlasan, faktor-faktor yang menumbuhkan keikhlasan
hingga buah dari kesabara dan keikhlasan.
Dengan adanya makalah ini semoga kita
sebagai hamba Allah bisa menjadikan diri kita sebagai hamba yang ikhlas dalam
menjalani kehidupan ini, dan surga adalah tempat terbaik bagi orang-orang yang
ikhlas akan ketentuan Allah hingga ridho-Nya dapat kita raih.
1.4 Dasar Teori yang digunakan(Hipotesis)
Diantara bahasan dan analisis Imam al-Ghazali dalam
kajian tentang ” Niat dan Ikhlas” salah satu bagian dari Ihya’ Ulumuddin adalah
persoalan tentang penjelasan yang berkaitan dg status hukum amal yang memiliki
motif tetapi diiringi oleh pretensi-pretensi duniawi atau tujuan memperoleh
kesenangan egoistik, tidak semuanya ditujukan dengan ikhlas kepada Allah”
Apakah seorang muslim dalam melakukan amalan seperti itu akan mendapatkan
sebagian saja dari pahala atau tidak sama sekali?”
Kata Al-Ghozali : ” Ketahuilah bahwa pekerjaan yang
diniatkan bukan dengan keikhlasan yang ditujukan bagi Allah, tetapi memiliki
motif yang sudah diiringi oleh berbagai motif lain berupa riya’ maupubn
kesenangan egoistik menjadi objek yang diperselisihkan ulama: ” Apakah ia layak
mendapatkan pahala kebaikan ? ” Apakah justru ia patut mendapatkan sanksi
hukuman?” atau ,’ malah sama sekali tidak mendapatkan balasan apapun, baik
berupa pahala kebaikan maupun sanksi hukum?’.”
Pendapat tersebut penulis pilih sebagai dasar teori
karena dengan adanya teori tersebut akan meyakinkan hati kita bahwa faktor yang
amat mempengaruhi berbagai amal ibadah
adalah yang ada didalam kalbu dan kejelasan sifat yang dimilikinya, maka faktor yang
menyebabkan adanya riya’ adalah yang mengantarkan menuju kebinasaan.Sedangkan
faktor yang membimbing kebaikan dengan ikhlas adalah amalan yang dilandasi
nilai kebaikan tersebut. Dan ingatlah, bahwa kehendak Allah Swt terhadap kita
yaitu kejadian yang telah berlangsung, tidak dapat dihindarkan,tidak dapat
diketahui sebelumnya( ghaib ), seperti kelahiran, kematian, pernikahan dan
kehidupan dengan segala seginya seperti kekayaaan, kemiskinan, kemenagan,
kekalahan, keimanan dan kekafiran. Semua yang telah terjadi ini tidak mungkin
berlangsung kecuali dengan kehendak Allah Swt.
Semua kejadian apakah kebaikan maupun keburukan merupakan
dari sisi Allah Swt, misalnya kematian. Kita sebagai manusia wajib mengimani
dan menerimanya. Tak ada seorangpun yang dapat menghindari rahmat Allah swt dan
kecelakaan yang dikenakanNya pada seseorang. Kita pasrah dan ridha terhadap
apapun yang diputuskan Allah kepada kita. Setiap makhluk ditangan Allah Swt lah
yang ketentuan rezekinya. Masing-masing makhluk termasuk manusia memiliki
rezeki yang telah ditentukan oleh Allah Swt, sehingga setelah kita berusaha
maka kita wajib menerima dengan ikhlas berapapun rezeki yang diberiNya.
BAB II
KEKUATAN HATI SEORANG MUKMIN YANG
IKHLAS SEBAGAI HAMBA ALLAH
2.1. Pengertian Ikhlas
Semua
benda berpotensi dapat ternoda oleh benda lainnya. Jika benda itu bersih serta
terhindar dari kotoran dan noda, maka disebut dengan kholish ( benda yang bersih
) dan pekerjan untuk membersihkannya disebut ikhlashan. Allah berfirman,
”....(
berupa ) susu yang bersih antara tahi dan darah , yang mudah ditelan bagi
orang-orang yang meminumnya...” ( an-Nahl {16 }: 66)
Bersihnya
( khulush ) susu adalah apabila tidak dicampuri oleh darah dan tahi atau
sesuatu yang dapat mencampurinya.Kebanyakan orang meyakini bahwa dalam hidup
ini harus berjuang meraih semua keinginannya dengan berusaha keras, membanting
tulang hingga tetes darah penghabisan. Padahal tuntunan agama menjanjikan
berbagai kemudahan atau kesuksesan akan datang menghampiri jika dalam
ikhtiarnya manusia berhasil bersyukur, menikmati prosesnya, dan menyerahkan
seluruh urusan dan kepentingan hanya kepada Tuhan. Inilah kompetensi ikhlas.
Ikhlas
sebagai keterampilan atau skill, yang lebih bercirikan silent operation dari
pikiran dan perasaan yang tak tampak namun sangat powerful itu.Ikhlas yang bukan hanya diucapkan dibibir atau
dipikirkan di kepala, melainkan keterampilan untuk menciptakan peristiwa keikhlasan
didasar hati yang terdalam.oleh karena itu, hanya tingkat kualitas keikhlasan
yang benar-benar terasa di hati dan terukur secara objektif inilah kita akan
mampu mengarungi kehidupan dengan penuh keyakianan. Dengan suatu kepastian
sukses yang melampaui risiko pikiran, namun terdengar begitu jelas dihati.
Lawan dari ikhlas adalah syirik. Orang yang tidak
ikhlas adalah musyrik( pelaku syirik ), hanya saja syirik itu ada beberapa
tingkatan. Tempat ikhlas adalah didalam hati, yang berarti berkaitan dengan
niat dan tujuan. Hakikat niat itu sendiri mengacu kepada respons dari berbagai
hal. Bila faktor pembangkitnya hanya
satu, maka perbuatan itu disebut ikhlas ( dalam kaitannya apa yang diniatkan).
Seperti orang yang bersedia bersedekah dengan tujuan riya’ ( pamrih kepada
manusia) semata-mata, maka ia disebut ikhlas secara bahasa. Begitu pula
seseorang yang tujuannya semata-mata untuk mendekatkan diri kepada Allah, maka
ia juga disebut ikhlas. Tetapi sudah menjadi tradisi bahwa istilah ikhlas,
khusus berkenaan dengan pekerjaan yang tujuannya semata-mata mencari ridho
Allah, maka pelakunya disebut mukhlish.
2.2. Kekuatan perasaan dari dasar hati yang ikhlas
Kedamaian
atau kebahagiaan bukanlah produk dari pikiran, melainkan hati. Hatilah yang
bisa mearasakan kedamaian atau kebahagiaan. Allah hanya bisa dirasakan kehadirannya
dalam kedamaian. Yaitu, ketika pikiran tak lagi mengganggu dengan aneka macam
kesibukan dan kegaduhan. Di sanalah jiwa yang tenang dan damai itu berada.
Jadi,
ketika kita beraktivitas atau belajar semisalnya, lakukanlah hal itu dengan
hati. Dengan cara prayerful atau penuh doa itulah kita akan mendapatkan
bimbingan dan pemahaman. Pada diri manusia, tubuh adalah yang paling lambat
getarannya sementara pikiran dan perasaan manusia memiliki vibrasi yang paling
tinggi di alam semesta. Secara objektif, para ahli fisika kuantum juga
menegaskan bahwa manusia bisa mengubah realitas kehidupannya dengan cara
mengubah getaran pikiran dan prasangkanya, melalui perasaan didasar hatinya
yang ikhlas. Dan secara subjektif ,ikhlas berarti menyerahkan seluruh hidup
hanya kepada Tuhan semata.Dimana segala urusan dan kepentingan sudah kita
kembalikan kepadaNya. Sehingga hanya kepentinganNya lah yang senantiasa
memancar dan mengalir dari hati kita.
Oleh
karena itu memanfaatkan kekuatan perasaan yang merupakan modal maya, manusia
yang berkekuatan paling besar. Dan menariknya, ketika kita berhasil menerapkan
prosedur keikhlasan dengan tepat maka janji kesuksesan dari Allah yang didukung
kebenarannya oleh sain-memang akan sering mewujud dalam kehidupan kita, seperti
ungkapan Oprah Winfrey ” Manusia dibimbing oleh kekuatan yang lebih tinggi yang
lebih berupa perasaan ketimbang pikiran. Dan ketika anda memahami kekuatan
perasaan itu. Anda tahu pasti bahwa kekuatan itu datang dari Tuhan.”
Ketika
medan energi jantung diizinkan untuk mengalir lebih besar ke otak, ilmuwan
menemukan bahwa perasaan dan inpormasi yang terkirim dari jantung ke otak dapat
mempunyai efek transormatif pada fungsi otak, memunculkan ketajaman intuisi
yang lebih tinggi, dan meningkatkan perasaan makmur sejahtera. Terlebih lagi,
kolaborasi jantung dan otak ini memunculkan keseimbangan atau keterikatan
antara dua organ tersebut dalam mengeliminasi stres, memasuki kondisi
kreativitas dan kedamaian di hati seseorang secara bersamaan.
Manusia
sangat beruntung diberikan instrumen navigasi luar biasa oleh Tuhan, berupa
perasaan dihatinya. Perasaan atau emosi kita adalah alat utama kita untuk
mengukur, dengan presisi yang tinggi, seberapa jauh atau dekatnya diri kita
dari tujuan kita atau sumber aliran berkah Sang Pencipta. Yaitu ketika perasaan
kita positif atau ikhlas, posisi kita relatif dekat dengan pintu kemudahan. Dan
ketika perasaan kita negatif atau nafsu berada relatif jauh dari pintu berkah
untuk mencapai tujuan itu.
Zona
nafsu adalah wilayah hati yang dipenuhi berbagai keinginan namun terasa
menyesakkan dada. Zona ini diselimuti oleh energi rendah karena yang ada
didalamnya adalah perasaan negatif cemas,takut,keluh kesah, dan amarah.
Sedangkan zona ikhlas adalah zona yang bebas hambatan, terasa lapang di hati.
Energi yang menyelimuti zona ikhlas adalah berbagai perasaan positif yang
berenergi tinggi seperti rasa syukur, sabar, fokus, tenang dan happy.
2.3. Hakikat Ikhlas
Apabila
perbuatan yang dilakukan untuk mendekatkan diri kepada Allah akan tetapi
ternodai oleh beberapa keinginan lainya seperti ingin mendapatkan kehormatan
atau pujian dari orang lain., dan faktor itu membuat pekerjaannya menjadi
ringan, maka ia telah menodai keikhlasannya dengan perbuatan syirik, kecuali
jika dalam tujuannya yang lain itu terdapat niat yang baik sehingga masih
diharapkan mendapat ganjaran terhadap amal perbuatan dengan beberapa niat agar
pahalanya bertambah banyak. Akan tetapi, terkadang mereka lalai sehingga
perbuatan itu tercemari dengan nilai-nilai yang dapat mengurangi pahalanya,
bahkan membatalkannya.Oleh karena itu, setiap orang yang mengerjakan ibadah
seharusnya memperbarui niatnya dan memperhatikan perbuatan mereka hingga tidak
tercemar hal-hal yang merusaknya.
Oleh
karena itu siapa yang mengerjakan puasa dengan tujuan mendekatkan diri pada
Allah dan mencapai kesehatan, maka tidak merusak keikhlasannya, bahkan jika
kesehatannya itu diniatkan untuk memperkuat diri dalam mengamalkan kebaikan, maka
pahalany akan bertambah. Rincian mengenai masalah ini memerlukan ilmu dan
perhatian terhadap berbagai niat.
Singkatnya,
setiap kepentingan duniawi yang disenangi nafsu dan dicendrungi hati, baik
sedikit maupun banyak, ketika mewarnai ibadah yang dilakukan, maka akan dapat
menodai keikhlasannya, sedangkan manusia
senantiasa terikat dengan kepentingan-kepentingan dirinya dan tenggelam
dalam syahwatnya. Sehingga jarang sekali perbuatan atau ibadahnya dapat
terlepas dari kepentingan-kepentingan dan tujuan-tujuan sejenis ini. Oleh sebab
itu dikatakan ” siapa yang satu saat dari umurnya dapat selamat secara jernih
karena mengharap ridho Allah, maka sesungguhnya ia telah selamat .” Hal itu
karena kemuliaan ikhlas dan sulitnya membersihkan hati dari berbagai noda
tersebut, bahkan orang yang ikhlas adalah orang yang tidak ada tujuan apa-apa
kecuali semata-mata untuk mendekatkan diri kepada Allah.
Jadi,
pengetahuan tentang hakikat ikhlas dan pengamalannya merupakan lautan yang
dalam. Semua orang tenggelam didalamnya kecuali sedkit, yaitu orang-orang yang
dikecualikan di dalam firmanNya.
”
Kecuali hamba-hambaMu yang mukhlish diantara mereka.” ( Al-Hijr : 40 ).
Oleh
karena itu hendaknya seorang hamba sangat memperhatikan dan mengawasi hal-hal
yang sangat mendalam ini. Jika tidak, maka akan tergolong para pengikut setan
tanpa menyadarinya.
2.4. Peta perasaan ikhlas
Zona
ikhlas inilah zona dimana perasaan kita selalu merasa enak ( positive feeling ). Kita harus selalu
mengakses zona tersebut karena hidup kita tergantung pada perasaan kita.
Perasaan kita inilah yang menjadi sistem navigasi katahati yang memberitahu
kita untuk selalu bearada didalam zona ini, maka frekuensi kita akan selalu
bersinggungan dengan frekuensi kita akan selalu bersinggungan dengan frekuensi
Tuhan ( God Zone ). Kita akan sering mengalami sinkronisaasi atau
kejadian-kejadian tak terduga yang sesuai dengan keinginan kita.
Meminjam
terminologi komputer, ketika otak dan hati sudah klik, maka password terbuka.
Hal ini membuat kita menjadi mudah paham dan’ ngeh ’ akan segala persoalan. Di
zona ikhlas inilah tempat terjadinya perkawinan antara frekuensi hati dengan
frekuensi otak, yang membuat semua jenis informasi dan solusi mudah anda
dapatkan langsung dari servernya. Dengan
demikian, apa yang anda inginkan akan cepat terkabul dan jika salah arah anda
segera mendapat feedback untuk mendapat kembali ke jalan yang benar. Otomatis.
Jika
kapasitas pikiran bawah sadar lebih besar dari pikiran sadar, bisa dibilang,
kunci sukses hidup kita adalah ketka kita tak lagi hanya mengandalkan pikiran
sadar dalam menjalani kehidupan, melainkan juga menggunakan perasaan hati(
bawah sadar). Kalau pikiran sadar berhubungan dengan kinerja otak, berhubungan
dengan kinerja apakah perasaan bawah sadar itu?
Pada
zaman dahulu, para pakar Sumerian Assyrian menganggap manusia berfikir dab
berperasaab dengan menggunakan organ hati ( liver
). Namun hal ini dibantah oleh Aristoteles yang beranggapan bahwa untuk
berfikir dan berperasaan, manusia menggunakan jantung ( heart). Kedua pendapat itu membawa pengikut masing-masing, sehingga
penggunaan istilah liver berkembang
ke daerah selatan, terutama Asia, dan
heart berkembang ke Utara, khususnya Eropa.
Yang
terjadi kemudian, penduduk bumi selatan mengungkapkan perasaannya. ” hatiku
sangat senang,” sungguh menyesakkan hati ”).Sampai menyentuh daerah hati,
sementara penduduk belahan bumi utara menyentuh daerah jantung( ” I love you with all my heart, ” My heart
was broke ” ).
Namun
perkembangannya kemudian semakin rancu, terutama dinegeri kita. Heart yang
dimaksudkan sebagai jantung diterjemahkan menjadi ’hati’,maka ketika mengatakan
’kau selalu ada didalam hatiku”, yang selalu kita raba adalah daerah jantung (
di dada), bukan hati ( di ulu hati ).
Oleh
karena itu kerancuan masalah pemahaman tentang hati dan jantung ini maka hingga
sekarang pun orang menganggap hati sebagai kualitas subjektif. Saat seseorang
mengatakan” hatiku hancur ”.itu artinya perasaan atau emosinyalah yang hancusr
atau sedih. Pula, kalimat ’ hatiku sedang berbunga-bunga” menunjuk pada
perasaan seseorang yang sedang bergembira.
Padahal
sebetulnya hati itu objektif, berupa benda. Dan kalau berdasarkan pada apa yang
telah kita bahas pada bab sebelumnya, perasaan muncul dari pikiran. Seseorang
yang memikirkan pemutusan hubungan sepihak yang baru dilakukan pacarnya, maka
hatinya akan merasakan sedih. Seseorang yang memikirkan kenaikan gajinya
ternyata melebihi karyawan yang lain, maka hatinya akan merasakan kegembiraan.
Pertanyaannya
ada;ah . betulkah organ hati yang merasakan itu? Betulkah organ hati yang
berhubungan dengan otak/jawabnya : tidak. Jantungklah yang merasakan apa yang
otak pikirkan. Ketika kita berpikir takut, jantunglah yang berdebar, bukan
hati. Ketika pikiran anda kacau atau stres ( marah, cemas, dan sebagainya ),
maka pola irama jantung anda menjadi tidak normal, dan bahkan bisa berakibat
negatif pada kesehatan fisik anda.
Para
ahli menyebutkan, jantung mempunyai sistem komunikasi yang lebih luas dan jauh
dengan otak daripada yang dilakukan organ-organ tubuh yang lain. Jadi,
sebenarnya jantung dan otaklah yang berkomunikasi lebih intens.
Tuhan
telah memberikan kebahagiaan itu didalam diri kita sejak kita lahir didunia.
Kita hanya lupa bagaimana ” menyetelnya ” untuk masuk ke dalam frekuensi itu
lagi.Terlatih untuk menginginkan sesuatu yang sudah kita miliki. Dengan kata
lain, terlatih untuk bersyukur. Kita tahu, didalam rasa syukur tergantung rasa
cinta terhadap apa yang kita punya. Dengan begitu kita akan selalu merasa
bahagia.
Saat
ini kita sebagai manusia ada dipersimpangan jalan. Tinggal memilih terus hanya
mengandalkan pikiran positif, atau mulai menjalani hidup dengan strategi baru,
yaitu mengolaborasikan kekuatan pikiran dengan kekuatan hati untuk meraih
kejayaan hidup sekaligus menjaga curahan rahmat Ilahi di dunia saat ini dan di
akhirat kelak.
BAB III
URGENSI KEIKHLASAN BAGI SEORANG
MUKMIN
3.1. Komposisi Penting Ikhlas
Sholat
merupakan sarana besar dalam penyucian jiwa, sekaligus merupakan tanda dan
ukuran dalam penyucian jiwa. Sholat merupakan sarana sekaligus tujuan. Sholat
merupakan peresapan makna-makna kedambaan, tauhid, dan kesyukuran. Sholat
merupakan zikir, berdiri , ruku’, sujud, dan duduk. Sholat merupakan penegakan
ibadah pada organ-organ utama jasad.Penegakkan sholat merupakan pemusnahan
sifat angkuh dan pembangkangan terhadap Allah serta merupakan pengakuan akan
ketatuhanan dan kemahapengaturan Allah serta merupakan pengakuan dalam
ketuhanan dan kemahapengaturan Allah. Oleh karenanya, penunaiannya secara
sempurna dapat memusnahkan ujub, ghurur, bahkan seluruh kemungkaran dan kekejian.
”
...Sesungguhnya shalat itu mencegah dari perbuatan perbuatan keji dan
mungkar..” ( al-Ankabuut : 49 )>
Imam
Ghozali pernah ditanya oleh muridnya, ” Apakah aku termasuk di antara
orang-orang yang ikhlas? ” belum juga di jawab, Imam Ghozali balik bertanya, ”
Apakah kamu bangun untuk menegakkan sholat malam, hal kumta nishfal lail?”.
Subhanallah,
Mengapa Imam Ghozali ketika ditanya soal keikhlasan balik bertanya dan lalu
menghubungkan keikhlasan dengan sholat malam? Ada beberapa hikmah. Pertama, wajib
adalah kewajiban. Wajib itu ibarat perintah atasan kepada bawahan, top down. Acapkali melaksanakannya pun
dengan keterpaksaan.
Perhatikanlah wajah-wajah muslim yang mengerjakan
sholat lima waktu sebatas melaksanakannya perintah. Sekedar ritual. Sementara
sunnah adalah kerelaan diri, tidak ada paksaan, dan betul-betul mengabdi, butten up. Sekarang, bandingkan dengan
hamba-hambaNya yang ditengah malam, jika yang lain terlelap diatas ranjangnya,
mereka mengulurkan sajadah panjangnya, Hikmah kedua adalah merupakan gambaran
ibadahnya orang khofi, ibadah yang mengasikkan dan menjadi kesenangan untuk
dirinya. Jadi, ketika ditanya apa yang menjadi kesenangannya, dijawabnya aku
senang beribadah dengan-Nya. Hikmah ketiga, sebagai pencuri hati Allah sehingga
dicintai olehNya. Dan, kalau sudah dicintai Allah, maka para malaikat dan semua
makhlukNya akan digerakkan untuk mencintai hamba itu. Hikmah keempat, sebagai
tanda cinta kepada Rasul-Nya karena Sholat malam dan sholat-sholat sunnah
lainnya merupakan tradisis kemulian manusia pilihanNya. Hikmah kelima,
pantaslah mereka yang melengkapi kewajibannya dengan yang sunah meraih maqom
terpuji. Dengan sholat sunnah, terjadilah perbaikan, penambahan poin, nilai
amal, membangkitkan selera ibadah, dan seterusnya, dan seterusnya.
Kenapa
sholat sunnah?
”
Wahai manusia, sesungguhnya diri-dirimu tergadai karena amal amalmu, maka
bebaskanlah dengan istighfar. Punggung-punggungmu berat karena beban( dosa)-mu,
maka ringankanlah dengan memperpanjang sujud.”
Ketahuilah
bahw ilmu khusyu’ berkaitan dengan ilmu pembersihan hati. Oleh karena itu,
ulama akhirat mulai dari mengajarkan zikir dan hikmah kepada penempuh jalan
kepada Allah agar htainya menjadi hidup. Jika hatinya telah hidup, maka mereka
membersihkannya dari berbagai sifat tercela dan menunjukkan mereka kepada
berbagai sifat terpuji. Disinilah hatinya mulai dibiasakan untuk khusyu melalui
kehadiran bersama Allah serta merenungkan makna-makna. Masing-masing memiliki
cara yang disyariatkan bagi mereka.
Kekhusyuan
dan kehadiran hati dalam sholat merupakan syarat. Allah menjadikan sholat
sebagai tiang agama, pemisah antara kekafiran dan keislaman, didahulukan
daripada haji dan berbagai ibadah lainnya, bahkan seorang wajib dibunuh hanya
karena meninggalkannya. Tujuan dari sholat itu sendiri adalah bermunajat kepada
Allah.
Setiap
ada hal baik atau buruk yang dilakukan, tertorehlah sebuah jejak. Misalnya,
ketika sebuah sukses dipetik, ada sebuah dorongan untuk mengakui kehebatan,
kecerdasan, atau kelebihan diri yang membawa sukses itu. Perasaan senang kalau
disanjung pun sering muncul tanpa diundang dan tanpa dirasa.
Obat yang bermanfaat untuk menghadirkan hati
seorang mukmin harus mengagungkan Allah, takut kepadaNya, mengharap kepadaNya,
malu karena kesembronoannya, serta senantiasa dalam keadaan seperti itu dalam
keimannya, walaupun kekuatan keadaan itu tergantung kepada keyakinannya. Jika
ia terlepas dari keadaan seperti ini dalam sholatnya, maka penyebabnya adalah
pikiran yang bercabang, banyaknya lintasan pikiran ( hal yang terdetik dalam
hati ), ketidakhadiran hati dalam bermunajat,ketidakhadiran hati dalam
bermunajat, dan kelalaian dalam sholat.
Komposisi
penting ikhlas yaitu :
1.
Agar
seseorang yang beramal dengan keikhlasannya itu selalu lebih mencemaskan
pengawasan sang kholik, ketimbang mencari perhatian di kalangan sang kholik,
ketimbang mencari perhatian di kalangan sang makhluk karena jika sudah cukup
dengan Allah, sang hamba tidak lagi bergantung terhada[ sesama makhluk.
Al-fudhail bin ’Iyyadh berkata, ” Bearaml demi manusia adalah syirik (
menyekutukan Allah), begitu juga meninggalkan suatu perbuatan karena seseorang
adalah syirik.Sedangkan ikhlas adalah tatkala Allah memperkenankan bagimu untuk
lepas dari kedua sikap yang bertentangan itu .”
2.
Tatkala,
aspek spritual sesorang sesuai dengan aspek ( amalan ) lahiriahnya, demikian
juga aspek relung rahasia yang ada pada dirinya sesuai dengan perbuatannya yang
dilakukan dengan terang-terangan. Sehingga tidak terjadi pertentangan, seperti:
aspek lahirnya bersifat konstruktif dalam mempraktikan amalan( kesholehan) namu
sisi batinnya memiliki sifat destruktif; bukan menunjukkan sikap semanis madu
dari aspek lahiriahnya saja, tetapi aspek relung rahasianya terkandung sikap
sepahit buah ’alqomah’. Sari as-saqothi berkata , ” Siapa pun yang menghiasi
dirinya hanya karena manusia yang sebenarnya tidak layak untuk itu, maka nilai
orang itu, maka nilai orang itu akan jatuh di Mata Allah.”
3.
Manakala
dia tidak lagi menghiraukan pujian maupun cercaan dari orang lain. Salah
seorang pernah berkata, ” Janganlah engkau hiraukan jika menjadi seseorang yang
terpuji di sisi Allah. Seperti itu pula engkau risaukan jika yang terjadi
adalah sebaliknya.”
4.
Hendaknya
dia tidak lagi menghitung-hitung keikhlasannya itu, sehingga membuatnya
mengagumi dirinya sendiri: nilai keikhlasannya bisa jadi gugur karena
kebanggaan seperti itu. Atas dasar inilah, para a’rifin ( yang telah mencapai maqom
ma’rifah) menegaskan ketidakbolehan mengagumi perbuatan sendiri, sampai-sampai
Abu Ya’qub as-Susi menyatakan, ’ Jika mereka masih memandang pada keikhlasan
mereka sendiri, keikhlasan itu membutuhkan pemurnian keikhlasan sekali lagi!”.
5.
Diantara
komponen ikhlas yang lain adalah : tidak ada lagi pamrih kepada perolehan
pahala dari suatu amal di akhirat kelak, karena seorang yang ditulis ikhlas
tidak akan merasa tentram jika dalam perbuatannya ada campur tangan
keterlibatan ego ( nafs )yang amat samar tidak dapat terdeteksi, sehingga ini
membuat amalannya tidak diterima di sisi Allah.
6.
Mencemaskan
keterlibatan unsur riya’ dan hasrat dalam jiwa, sedang dia tidak menyadari akan
hal itu, karena setan itu memiliki jaringannya yang tersembunyi, tidak mudah
ditengarai, yang bisa menembus kerelung jiwa. Tatkala tidak berhasil mengganggu
seorang mukmin dalam ajakannya, masuk pada ajakannya kepada perbuatan maksiat
lahiriah, setan selalu bekerja untuk masuk pada ajakan kepada perbuatan maksiat
di dalam relung batin manusia, dengan keberhasilannya di situ, setan telah
berhasil menghilangkan nilai ibadah-ibadah dan amalan-amalan yang semula di
tujukan untuk Allah dan tempat kembali di akhirat.
3.2. Tanda-tanda keikhlasan
Keikhlasan
memiliki berbagai tanda dan sinyalemen ( dalal’il) yang beragam yang dapat
terlihat dalam kehidupan, perilaku dan dalam pandangan hidup seseorang yang
ikhlas tentang dirinya maupun tentang orang lain. Tanda-tanda tersebut
diantaranya;
1.
Mencemaskan
dirinya dari penampilan yang mencari popularitas.
Tanda keikhlasan pertama adalah tatkala
seseorang mencemaskan popularitas dirinya dan keharuman namanya di
tengah-tengah masyarakat akan berisiko bagi diri dan agamanya. Sifat ini
khususnya adalah bagi mereka yang mendapatkan karunia langsung dari Allah,dan
saat dia meyakini bahwa penerimaan disisi Allah adalah dengan amal-amal sirri,
bukan penampilan amalan lahiriah. Sesungguhnya seseorang yang mendapatkan
kemasyhuran, namanya dikenal luas di mana-mana, tetapi didalam hatinya terdapat
berbagai macam pamrih, meskipun kedudukannya seperti itu dimata manusia, dia
dalam pandangan Allah tidak memiliki nilai apa pun.
Salah
satu pepatah bijak adalah pernyataan Ibrahim bin Adham, sang zahid kenamaan : ”
Allah tidak akan percaya kepada seseorang yang mencintai popularitas.”
Di
dalam berbagai literatur, banyak spiritual penulis, kita dapati sebagai
contohnya, ulama sekaliber al-Qusyairi dalam risalahnya, Abu Tholib al-Makki
dalam kitabnya,dan al-Ghazali dalam kitab al-Ihya.¹
¹ Lihat paparan Al-Ghozali dalam
” celaan terhadap kecintaan kepada popularitas dan ketenaran” dan ” penjelasan
tentang keutamaan tidak menonjolkan diri”, pada pembahasan ” celaan bagi sikap
ambisi meraih prestasi dan sikap riya’ ”
yang menjadi bagian dari kitab Ihya, dalam ’Allamah Murtadho az-Zubaidi, Syarh
Ihya’ ( Beirut: Dar al-Fikr, t.t.)Juz VIII,hlm .232-238.
2.
Selalu
mencurigai kecendrungan Ego
Tanda
keikhlasan yang kedua yang selalu ada pada orang yang mukhlis adalah selalu
curiga pada egonya sendiri, karena sudah terlalu jauh dari sisi Allah maupun
begitu mudahnya tidak melakukan sepenuhnya segala kewajiban agama. Sehingga
dengan kekhawatiran ini kalbunya tidak dapat dikendalikan oleh berbagai tipuan
lebih membanggakan amal dan egonya sendiri. Bahkan, sampai-sampai sang mukhlish
mencemaskan jika saja kejahatan-kejahatannya tidak terampuni, dan jika saja
amalan-amaln kebaikannya tidak diterima di sisi Allah.
3.
Beramal
tanpa publisitas, bukan dengan niat untuk menjadi bahan sorotan
Tanda
keikhlasan ketiga adalah manakala amal kebaikan yang dikerjakannya dengan tanpa
publisitas lebih disukai ketimbang amal kebaikan yang melibatkan pres release
dan pemberitaan umum. Sang dermawan lebih merasa mulia bergelar sebagai ” Pahlawan tak dikenal ”, yang menyumbangkan
hartanya secara anonim ( tanpa menyebutkan nama), dan yang rela berkorban tanpa
diketahui umum. Orang ini tidak terasa telah berperan di masyarakatnya sebagai
akar yang kuat, namun tetap bersikap low profile, tidak tampil mencolok di
depan khalayak. Atau dengan kata lain, memainkan peran seperti pondasi suatu
bangunan, jika tidak atas jasanya dinding tidak akan bisa berdiri tegak, tidak
pula atap dan seluruh rumah dapat utuh, tetapi dermawan ini tidak dikenali,
orang tidak memandangnya, sebagaimana mereka mengakui jasa-jasa dinding dan
balkon rumah.
4. Tidak
mencari pujian dan terpedaya sanjungan
Dari
berbagai tanda-tanda ikhlas adalah tidak mengejar dan berambisi untuk
mendapatkan sanjungan orang lain. Pada saat orang lain memuji sekalipun, pujian
mereka itu tidak akan berhasil membuatnya lengah tentang siapa sebenarnya
dirinya, yang telah dia kenal dengan baik Hanya dia yang lebih tahu
tentangpotensi-potensi yang tersembunyi dan kecenderungan dari dirinya sendiri
yang menyembunyikan sesuatu, yang dengan tampilan luar sekilasnya dapat
dijadikannya sebagai godaan di relung batin nuraninya.
5. Tidak
Kikir memberi pujian dengan mengakui kelebihan mereka yang patut dipuji.
Dalam
memberi pujian tidak segan-segan memberikan penghargaan bagi yang memang patut
mendapatkan penghargaan. Pada segi ini, terdapat dua risiko: pertama, risiko
menyelamatkan pujian dan ungkapan
penghornmatan kepada siapapun yang tidak berhak; dan kedua, keengganan untuk
memberikan pujian kepada yang berhak menerimanya.
6. Tetap
optimal bekerja, baik saat menjadi pimpinan atau bawahan
Seorang yang mukhlish akan mengabdi tanpa
mempedulikan apakah dia seorang pemimpin pasukan ataukah dia prajurit biasa
yang berbeda digaris front paling belakang, selama di dalam memainkan kedua
peran itu masih mengharapkan keridhoan sehingga kalbunya tidak dikuasai oleh
ambisi untuk menonjolkan diri, membanggakan solidaritas satu korps, ambisi pada
kekuasaan serta jabatan dan jenjang tertinggi dalam pos kemiliteran.Dengan kata
lain, dalam menjalankan tugas tidak dilatarbelakangi oleh ambisi maupun
mengejarnya demi kepentingan pribadinya.
7. Fokus pada
keridhoan Allah, bukan pada keinginan orang lain.
Agar tidak memperdulikan kemauan orang lain jika
berkonsekuensi logis pada timbulnya kemurkaan Allah. Ini karena, masing-masing
manusia memiliki perbedaan mencolok dari segi rasa dan standar nilai perilaku
mereka; dari segi ide-ide pemikiran dan kecendrungan maupun orientasi dan jalan
hidup mereka, artinya; upaya memuaskan mereka secara keseluruhan adalah tujuan
yang tidak akan dapat tercapai, dan sasaran yang mustahil untuk dapat
dituntaskan.
8. Rela
dan marah karena Allah, bukan karena dorongan ego.
Tatkala
kecintaan maupun kebenciannya, pemberian dan sikapnya dalam menahan diri, ridho
dan kemarahannya, semuanya itu adalah hanya karena Allah dan bagi tegaknya
agamaNya, bukan atas dasar dorongan ego dan imbalannya. Sehingga ia tidak
menjadi orang-orang oportunistis dan kaum munafik yang mendapat celaan dari
Allah.
9.
Kesabaran
dalam menempuh suatu proses yang panjang.
Agar
seseorang tekun menempuh lamanya suatu proses, liku-liku menuju suatu hasil
akhir, tibanya kesuksesan di menit-menit terakhir, dan kepenatan beraktivitas
ditengah-tengah berbagai manusia yang memiliki yang memiliki beragam perasaan
dan kecenderungan dengan mengalahkan sifat-sifat malas, menunda-nunda
pekerjaan, lari dari tugas, atau berhenti di tengah jalan
10.
Bangga
dengan adanya potensi baru.
Merasa
bangga dengan munculnya potensi di antara orang-orang yang beramal untuk
meneruskan atau turut memberi kontribusi positif dalam memperaktikkan amal.
Begitu juga, berbesar hati memberikan peluang kepada orang baru yang memiliki
kelebihan diri kelak akan menggantikan dirinya, tanpa adanya ganjalan di kalbu,
merasa dengki, atau berkeberatan.
11.
Keterkaitan
kepada amalan yang lebih bermanfaat.
Antusiasme
dalam amalan yang lebih mendekatkan kepada ridho Allah, bukan yang semakin
memperturutkan ego. Yang lebih membuat seorang mukhlish terkesan,karenanya,
adalah amal yang lebih mendatangkan manfaat dan membawa dampak yang lebih
efektif, meskipun pada dasarnya amalan seperti itu sulit menjadi tujuan bagi
kecenderungan yang timbul dari hasrat ( hawa), tidak pula membawa kepada suatu
kepuasan ataupun kesenangan yang bersifat fisik.
3.3. Faktor-faktor
yang menumbuhkan keikhlasan.
Kebahagiaan
adalah alat untuk meraih kesuksesan. Bukan sebaliknya, sebagian besar orang
akan merasa bahagia ketika mereka sukses meraih sebuah pencapaian tertentu
Kebanyakan
orang hanya melakukan pekerjaannya dengan alasan penghasilannya yang tinggi.
Tanpa pernah memikirkan apakah pekerjaan itu sesuai jiwa, pribadi, misi dan
visi hidupnya. Mereka hanya berfikir kalau penghasilan tinggi, mereka akan
bahagia dan segala-galanya beres. Ternyata tidak demikian, karena betapa pun
besarnya penghasilan seseorang kalau pekerjaannya tidak selaras dengan misi dan
visi hidupnya, maka pekerjaan itu tidak akan memberikan kebahagiaan, tapi
justru menjadi sebuah perjuangan dan beban.
Allah
selalu menjawab apa yang kita minta lewat perasaan di hati. Jika perasaan kita
tidak jelas, maka ” ketidak jelasanlah yang dikabulkan, Oleh karena memang
itulah yang sesuai dengan perasaan kita. Dan jika kita minta dengan jelas dan
penuh keyakinan, maka hal-hal yang meyakinkanlah yang dikabulkan dan terjadi.
Ada
banyak elemen dasar yang membantu para peniti jalan Allah dalam mengikhlaskan
niat dan amal semata-mata untuk Allah,yaitu
1. Ilmu yang mendalam
2. Bergaul bersama orang-orang yang ikhlas
3. Belajar dari sejarah orang-orang Ikhlas
4. Mujahadah melawan ego
5. Berdo’a dan memohon pertolongan Allah
Doa adalah senjata umat Islam
dan merupakan sebab non fisik dari berbagai faktor spiritual yang telah
ditetapkan Allah, agar seseorang dapat merealisasikan segala permintaannya dan
memenuhi kebutuhannya.
3.4. Buah dari Keikhlasan
Nilai-nilai
keikhlasan banyak memberi kontribusi positif bagi jiwa dan kehidupan pelakunya.
Kami akan paparkan secara garis besar berikut ini :
1. Kedamaian Jiwa
Keikhlasan memberikan
ketenangan batin sekaligus ketentraman dalam kalbu , bisa juga menyebabkan
seseorang berlapang dada dan kalbunya menjadi tenang. Di dalam keikhlasan kalbu
sebenarnya mengejar satu tujuan : keridhoan Allah. Tidak dapat disangkal bahwa
tujuan yang sudah jelas dan konsistensinya adalah jalan spiritual yang mereka
tempuh itu memiliki kekuatan yang membimbing kepada ketenangan spiritual dari
berbagai ujian yang berat dan kegalauan jiwa ditengah berbagai otientasi,
konflik di tengah berbagai interses, serta beragam jalan hidup.
2. Potensi spiritual
Keikhlasan memberi pelakunya
kekuatan spiritual luar biasa yang mendapatkan sandaran dari cita-cita luhur,
yang ingin dia raih dengan jiwa yang diiringi dengan keikhlasan dan dengan
mengesampingkan keinginan-keinginan yang lain yakni cita-cita untuk mendapatkan
keridhoan dan balasan dari sisi Allah.
3. Konsistensi dalam beramal
Dari antara berbagai dampak
positif ikhlas adalah dapat membantu pelakunya dengan semangat kerja yang
kontinyu.Sesungguhnya, seseorang yang melakukan sesuatu demi manusia atau
seseorang yang melakukan sesuatu demi pemenuhan hasrat konsumtif dan nafsu
seksualnya bisa saja dia akan berhenti saat tidak menemukan sesuatu yang dapat
memuaskan dorongan hasratnya.
Berbeda dengan seseorang yang beramal demi Allah, dia tidak
akan berhenti, tergoda dan akan menunda-nunda selamanya, karena seseorang yang
beramal demi Dia, tidak akan merasa sendirian dan tidak akan ditinggalkan.
Allah akan selalu hadir manakala manusia tidak akan selalu ada, dan setiap
makhluk akan binasa.
4. Status amalan yang mudah menjadi amal
ibadah
Keikhlasan adalah ” eliksir”
yakni senyawa kimiawi yang digunakan untuk mengubah suatu unsur menjadi benda
berharga, disini adalah maksudnya adalah inti.bagi berbagai amal. Jika dia
dilekatkan pada berbagai macam amal meskipun dikategorikan sebagai
amalan-amalan yang mubah dan amalan kebiasaan sehari-hari, dapat mengubahnya
menjadi amalan ibadah dan media pendekatan diri pada Allah.
5. Perolehan pahala atas suatu amal kebaikan,
sekalipun belum dilakukan atau diselesaikan
Diantara keberkahan yang
berasaldari sikap keikhlasan kepada Allah ialah : yang mukhlish masih mungkin memperoleh pahala
yang utuh dari suatu amal, meskipun tidak memiliki kemampuan lagi dalam
menyelesaikan pekerjaannya,
” Siapa yang
hanya memohon untuk sampai kepada derajat ke-syahidan dengan tulus, Allah pasti
akan mengangkatnya ketempat tingkatan para syuhada, meskipun dia meninggal di
atas tempat tidur.”²
²H.r. Muslim dan perawi-perawi penyusun kitab Sunan, dari hadits Sahl bin
Hanif. Lihat Shahih Jami’ ash-Shaghir, hadits no.6276.
6. Kemenangan dan kecukupan dari Allah
Diantara dampak positif dari
ikhlas adalahseorang yang mukhlish akan mendapatkan dukungan dari Allah dan
akan dicukupi Allah, Mahasuci bagi Dia, sebagaimana firmanNya:
” Bukankah Allah maha
mencukupi bagi segenap hambaNya.”( Q.s. az-Zumar:36)
Imam Ahmad berkata , ” Dawud telah meriwayatkan hadits kami,
dari Syu’bah yang mengabarkan kepada kami, dari Waqid bin Muhammad bin Zaid,
dari Ibnu Abi mulaikah, dari qosim bin Muhammad, dari Aisyah, dia berkata:
'Anyone who makes himself the
target of human invective,
but he did it for
the sake of Allah will find keridhoan insufficiency,
so no longer does
he want from others. Likewise,
anyone who only indulge
the desire of man, by doing something
that brought the
wrath of God, God will deliver it in the hands of the
fate of human-human’
7. Dukungan dan naungan Allah di masa-masa
sulit dan kritis
Di antara berbagai pengaruh
positif dari sikap ikhlas ialah: Allah akan membantu hambaNya yang mukhlish
dengan pertolonganNya, menjaga hamba itu dengan Mata pengawasan Allah yang
tidak akan pernah terhenti karena mengantuk. Allah tidak akan pernah
meninggalkan hambaNya tatkala ditimpa berbagai problematika dan diliputi oleh
saat-saat sulit dan malapetaka, Allah akan menjawab permohonan doanya dan
melepaskannya dari segala kesedihan.
8. Integrasi sosial dan kelangsungan hidup
ini
Pengaruh positif tidak saja
berkaitan dengan manfaat-manfaat yang ditujukan bagi kehidupan akhirat yakni,
didalam keikhlasan, kita bukan hanya memohon agar segala perbuatan kita menjadi
amalan yang diterima di sisi Allah, agar kita bisa masuk ke surga Allah dan
terlepas dari ancaman neraka, tetapi bahkan ada yang lebih besar di balik itu.
BAB
IV
BAB
KESIMPULAN
4.1. Simpulan
Sungguh kecintaan duniawi dan tampilan
luarnya yanmg memikat, dalam bentuk kekayaan materi, prestse,jabatan, kekuasaan
dan popularitas itulah yang melahirkan fir’aun-fir’aun modern dan
dictator-diktator yang menebarkan tirani di berbagai belahan negeri, sehingga
mereka banyak menimbulkan kerusakan di muka bumi ini. Kelompok manusia yang
member peluang dan member jalan pada perusak ini adalah kalangan munafik, yang
selalu mengusap-ngusap dan membersihkan sepatu tuan-tuannya, sehingga selalu
mengiyakan perbuatan mereka, menjadikan setiap ucapan-ucapan atasan mereka itu
sebagai hukum yang ditaati, dan kata-kata mutiara serta setiap perbuatan mereka
itu dianggap sebagai langkah-langkah kepahlawanan dan tindakkan kebaikan.
Tidak ada satupun yang menyelamatkan umat manusia dari
cobaan kehilangan, kerugian dan kerusakan dimuka bumi ini, kecuali orang-orang
yang ikhlas. Yakni, orang-orang yang melakukan segalanya demi Allah , bukan
untuk kepentingan kelompok manusia, yang berniat menegakkan kebenaran, bukan
sekedar memperturutkan hawa nafsu, dan berjuang menegakkan kalimat Allah dalam
peringkat teratas, bukan untuk mengabdi pada keinginan seseorang atau untuk
memamerkannya kepada yang lain.Sesungguhnya, keselamatan yang hakiki hanya
dapat diwujudkan dengan keikhlasan.
4.2. Saran
Dalam mengikhlaskan niat dan amal semata-mata
Untuk Allah, yakni kita harus menanamkan sifat-sifat dalam diri kita, yakni
faktor-faktor kejiwaan , segi-segi motif yang bersifat spiritual maupun
aspek-aspek yang bersifat amaliah, yang jika sebagian besarnya dimiliki dan dan
jika sangat kuat melekat pada diri seorang muslim, tidak diragukan lagi akan
dapat membawa pengaruh bagi daya nalar maupun dari nuraninya; sehingga
menempatkannya pada garis terdepan dikalangan hamba-hamba Allah yang Mukhlish.
DAFTAR
PUSTAKA
Sentanu,Erbe.2007.
” Quantum Ikhlas ” Jakarta.Kata hati Institute
Prayitno,Irwan.2003. ” Kepribadian Muslim
” Jakarta.Pustaka tarbiatunaMuslih Aziz,Muhammad. 2007 ” Mutiara itu
bernama sholat sunah ”. Jakarta.Hikmah populer
Hawwa, Sa’id.2005 ” Tazkiyatun Nafs ”. Jakarta. Pena ilmu dan amal
Qordhowi, Yusuf al-.2005 ” Niat dan ikhlas dalam naungan cahaya alqur’an danas- sunnah “.Surabaya.Risalah Gusti
Hawwa, Sa’id.2005 ” Tazkiyatun Nafs ”. Jakarta. Pena ilmu dan amal
Qordhowi, Yusuf al-.2005 ” Niat dan ikhlas dalam naungan cahaya alqur’an danas- sunnah “.Surabaya.Risalah Gusti
Tidak ada komentar:
Posting Komentar