Jumat, 13 April 2012

KEKUATAN HATI SEORANG MUKMIN YANG IKHLAS SEBAGAI HAMBA ALLAH, by:ulfa..




BAB I.
PENDAHULUAN


1.1              Latar Belakang Masalah dan Permasalahan
                  Sebagaimana yang sudah diketahui, kasus perbuatan yang bermotifkan riya’, kepastian hukumnya amat jelas.Perbuatan seperti ini mendatangkan kemurkaan dan siksa. Begitu pula telah jelas, jika sebaliknya, seseorang beramal dengan tulus ikhlas ditujukan kepada Allah, maka amalannya merupakan faktor yang menyebabkannya mendapatkan pahala.
                  Penulisan Karya Ilmiah ini diharapkan dapat mengarahkan untuk kita bisa memahami mengapa sikap ikhlas sangat diperlukan dalam hidup ini, dan yang terpenting bagaimana mengenali rasa-nya dan cara-cara ( how-to ) mencapainya. Karena sebagian orang sering menafsirkan ikhlas secara salah. Komponen ikhlas yang terdiri dari sikap syukur, sabar, fokus, tenang,dan bahagia, justru dianggap sikap yang lemah. Sikap itu dikhawatirkan akan membuat mereka kurang dihargai orang, tidak tercukupi secara materi, atau tidak tercapainya tujuan hidup karena tidak adanya ambisi. Padahal yang terjadi justru sebaliknya. Dalam kondisi ikhlas-yang sekarang telah dibuktikan secara ilmiah-manusia justru akan menjadi sangat kuat, cerdas, dan bijaksana. Kta bisa berfikir lebih jernih, mampu menjalani hidup dengan lebih efektif dan produktif untuk mencapai tujuan. Bahkan hubungan kita dengan siapapun akan terjalin semakin menyenangkan.
               
 Bayangkanlah bagaimana rasanya jka Anda bisa 100% meyakini tuntunan ikhlas bukan karena terpaksa harus meyakininya, tetapi karena hasil dari proses keikhlasan hidup yang mewujud nyata dalam keseharian Anda. Dimana Anda yakin bahwa ketika Anda sudah berikhlas  dengan prosedur yang benar maka Anda semakin dekat dengan Allah sehingga niat-niat Anda pun menjadi jauh lebih mudah diraih.Dan Anda juga tahu bahwa jika Anda masih belum mendapatkan yang Anda inginkan berarti Anda hanya perlu menyempurnakan lagi prosedur keikhlasan didalam pikiran dan hati Anda.
           
1.2       Tujuan Penulisan
            Berdasarkan latar belakang dan permasalahan seperti yang telah diuraikan maka makalah ini bertujuan:
1.                    Menpersiapkan pribadi-pribadi manusia yang mengandalkan kekuatan diri sendiri , berfikir positif, untuk mengakses daya terbesar manusia yaitu kekuatan perasaan positif dari dasar hati yang ikhlas untuk meraih sukses.Buah cinta dari keikhlasan adalah Ridho’ Allah swt yang menghasilkan kekuatan yang luar biasa untuk mencapai kebahagiaan yang hakiki.
2.                    Makalah ini diajukan untuk melengkapi komponen penilaian mata kuliah Bahasa Indonesia Akademik di STIE Swadaya, Jakarta.

1.3       Ruang Lingkup Masalah
            Karya Ilmiah ini menekankan permasalahan manusia yang sering kali tidak menerima ketentuan yang Allah tetapkan dalam menjalani kehidupan ini sebagai penduduk bumi, untuk mengatasi permasalahan tersebut, penulis mencoba untuk memberikan solusi atas
 
permasalahan itu dengan membahas materi ikhlas sebagai jawaban atas ketidak tenangan hati karena sikap hati yang kurang menerima kenyataan hidup.
     Materi-materi yang akan dibahas dalam makalah ini yakni pengertian ikhlas itu sendiri, kekuatan perasaan dari dasar hati yang ikhlas, hakikat ikhlas, peta perasaan ikhlas, komposisi penting ikhlas, tanda-tanda keikhlasan, faktor-faktor yang menumbuhkan keikhlasan hingga buah dari kesabara dan keikhlasan.
     Dengan adanya makalah ini semoga kita sebagai hamba Allah bisa menjadikan diri kita sebagai hamba yang ikhlas dalam menjalani kehidupan ini, dan surga adalah tempat terbaik bagi orang-orang yang ikhlas akan ketentuan Allah hingga ridho-Nya dapat kita raih.

1.4       Dasar Teori yang digunakan(Hipotesis)
            Diantara bahasan dan analisis Imam al-Ghazali dalam kajian tentang ” Niat dan Ikhlas” salah satu bagian dari Ihya’ Ulumuddin adalah persoalan tentang penjelasan yang berkaitan dg status hukum amal yang memiliki motif tetapi diiringi oleh pretensi-pretensi duniawi atau tujuan memperoleh kesenangan egoistik, tidak semuanya ditujukan dengan ikhlas kepada Allah” Apakah seorang muslim dalam melakukan amalan seperti itu akan mendapatkan sebagian saja dari pahala atau tidak sama sekali?”
            Kata Al-Ghozali : ” Ketahuilah bahwa pekerjaan yang diniatkan bukan dengan keikhlasan yang ditujukan bagi Allah, tetapi memiliki motif yang sudah diiringi oleh berbagai motif lain berupa riya’ maupubn kesenangan egoistik menjadi objek yang diperselisihkan ulama: ” Apakah ia layak mendapatkan pahala kebaikan ? ” Apakah justru ia patut mendapatkan sanksi hukuman?” atau ,’ malah sama sekali tidak mendapatkan balasan apapun, baik berupa pahala kebaikan maupun sanksi hukum?’.”

            Pendapat tersebut penulis pilih sebagai dasar teori karena dengan adanya teori tersebut akan meyakinkan hati kita bahwa faktor yang amat mempengaruhi  berbagai amal ibadah adalah yang ada didalam kalbu dan kejelasan sifat  yang dimilikinya, maka faktor yang menyebabkan adanya riya’ adalah yang mengantarkan menuju kebinasaan.Sedangkan faktor yang membimbing kebaikan dengan ikhlas adalah amalan yang dilandasi nilai kebaikan tersebut. Dan ingatlah, bahwa kehendak Allah Swt terhadap kita yaitu kejadian yang telah berlangsung, tidak dapat dihindarkan,tidak dapat diketahui sebelumnya( ghaib ), seperti kelahiran, kematian, pernikahan dan kehidupan dengan segala seginya seperti kekayaaan, kemiskinan, kemenagan, kekalahan, keimanan dan kekafiran. Semua yang telah terjadi ini tidak mungkin berlangsung kecuali dengan kehendak Allah Swt.
            Semua kejadian apakah kebaikan maupun keburukan merupakan dari sisi Allah Swt, misalnya kematian. Kita sebagai manusia wajib mengimani dan menerimanya. Tak ada seorangpun yang dapat menghindari rahmat Allah swt dan kecelakaan yang dikenakanNya pada seseorang. Kita pasrah dan ridha terhadap apapun yang diputuskan Allah kepada kita. Setiap makhluk ditangan Allah Swt lah yang ketentuan rezekinya. Masing-masing makhluk termasuk manusia memiliki rezeki yang telah ditentukan oleh Allah Swt, sehingga setelah kita berusaha maka kita wajib menerima dengan ikhlas berapapun rezeki yang diberiNya.


BAB II

KEKUATAN HATI SEORANG MUKMIN YANG
 IKHLAS SEBAGAI HAMBA ALLAH


2.1.  Pengertian Ikhlas
            Semua benda berpotensi dapat ternoda oleh benda lainnya. Jika benda itu bersih serta terhindar dari kotoran dan noda, maka disebut dengan kholish ( benda yang bersih ) dan pekerjan untuk membersihkannya disebut ikhlashan. Allah berfirman,
            ”....( berupa ) susu yang bersih antara tahi dan darah , yang mudah ditelan bagi orang-orang yang meminumnya...” ( an-Nahl {16 }: 66)
            Bersihnya ( khulush ) susu adalah apabila tidak dicampuri oleh darah dan tahi atau sesuatu yang dapat mencampurinya.Kebanyakan orang meyakini bahwa dalam hidup ini harus berjuang meraih semua keinginannya dengan berusaha keras, membanting tulang hingga tetes darah penghabisan. Padahal tuntunan agama menjanjikan berbagai kemudahan atau kesuksesan akan datang menghampiri jika dalam ikhtiarnya manusia berhasil bersyukur, menikmati prosesnya, dan menyerahkan seluruh urusan dan kepentingan hanya kepada Tuhan. Inilah kompetensi ikhlas.
            Ikhlas sebagai keterampilan atau skill, yang lebih bercirikan silent operation  dari pikiran dan perasaan yang tak tampak namun sangat powerful itu.Ikhlas yang bukan hanya diucapkan dibibir atau dipikirkan di kepala, melainkan keterampilan untuk menciptakan peristiwa keikhlasan didasar hati yang terdalam.oleh karena itu, hanya tingkat kualitas keikhlasan yang benar-benar terasa di hati dan terukur secara objektif inilah kita akan mampu mengarungi kehidupan dengan penuh keyakianan. Dengan suatu kepastian sukses yang melampaui risiko pikiran, namun terdengar begitu jelas dihati.

Lawan dari ikhlas adalah syirik. Orang yang tidak ikhlas adalah musyrik( pelaku syirik ), hanya saja syirik itu ada beberapa tingkatan. Tempat ikhlas adalah didalam hati, yang berarti berkaitan dengan niat dan tujuan. Hakikat niat itu sendiri mengacu kepada respons dari berbagai hal. Bila faktor pembangkitnya  hanya satu, maka perbuatan itu disebut ikhlas ( dalam kaitannya apa yang diniatkan). Seperti orang yang bersedia bersedekah dengan tujuan riya’ ( pamrih kepada manusia) semata-mata, maka ia disebut ikhlas secara bahasa. Begitu pula seseorang yang tujuannya semata-mata untuk mendekatkan diri kepada Allah, maka ia juga disebut ikhlas. Tetapi sudah menjadi tradisi bahwa istilah ikhlas, khusus berkenaan dengan pekerjaan yang tujuannya semata-mata mencari ridho Allah, maka pelakunya disebut mukhlish.

2.2. Kekuatan perasaan dari dasar hati yang ikhlas
            Kedamaian atau kebahagiaan bukanlah produk dari pikiran, melainkan hati. Hatilah yang bisa mearasakan kedamaian atau kebahagiaan. Allah hanya bisa dirasakan kehadirannya dalam kedamaian. Yaitu, ketika pikiran tak lagi mengganggu dengan aneka macam kesibukan dan kegaduhan. Di sanalah jiwa yang tenang dan damai itu berada.
            Jadi, ketika kita beraktivitas atau belajar semisalnya, lakukanlah hal itu dengan hati. Dengan cara prayerful atau penuh doa itulah kita akan mendapatkan bimbingan dan pemahaman. Pada diri manusia, tubuh adalah yang paling lambat getarannya sementara pikiran dan perasaan manusia memiliki vibrasi yang paling tinggi di alam semesta. Secara objektif, para ahli fisika kuantum juga menegaskan bahwa manusia bisa mengubah realitas kehidupannya dengan cara mengubah getaran pikiran dan prasangkanya, melalui perasaan didasar hatinya yang ikhlas. Dan secara subjektif ,ikhlas berarti menyerahkan seluruh hidup hanya kepada Tuhan semata.Dimana segala urusan dan kepentingan sudah kita kembalikan kepadaNya. Sehingga hanya kepentinganNya lah yang senantiasa memancar dan mengalir dari hati kita.
            Oleh karena itu memanfaatkan kekuatan perasaan yang merupakan modal maya, manusia yang berkekuatan paling besar. Dan menariknya, ketika kita berhasil menerapkan prosedur keikhlasan dengan tepat maka janji kesuksesan dari Allah yang didukung kebenarannya oleh sain-memang akan sering mewujud dalam kehidupan kita, seperti ungkapan Oprah Winfrey ” Manusia dibimbing oleh kekuatan yang lebih tinggi yang lebih berupa perasaan ketimbang pikiran. Dan ketika anda memahami kekuatan perasaan itu. Anda tahu pasti bahwa kekuatan itu datang dari Tuhan.”
            Ketika medan energi jantung diizinkan untuk mengalir lebih besar ke otak, ilmuwan menemukan bahwa perasaan dan inpormasi yang terkirim dari jantung ke otak dapat mempunyai efek transormatif pada fungsi otak, memunculkan ketajaman intuisi yang lebih tinggi, dan meningkatkan perasaan makmur sejahtera. Terlebih lagi, kolaborasi jantung dan otak ini memunculkan keseimbangan atau keterikatan antara dua organ tersebut dalam mengeliminasi stres, memasuki kondisi kreativitas dan kedamaian di hati seseorang secara bersamaan.                                                                     
            Manusia sangat beruntung diberikan instrumen navigasi luar biasa oleh Tuhan, berupa perasaan dihatinya. Perasaan atau emosi kita adalah alat utama kita untuk mengukur, dengan presisi yang tinggi, seberapa jauh atau dekatnya diri kita dari tujuan kita atau sumber aliran berkah Sang Pencipta. Yaitu ketika perasaan kita positif atau ikhlas, posisi kita relatif dekat dengan pintu kemudahan. Dan ketika perasaan kita negatif atau nafsu berada relatif jauh dari pintu berkah untuk mencapai tujuan itu.
            Zona nafsu adalah wilayah hati yang dipenuhi berbagai keinginan namun terasa menyesakkan dada. Zona ini diselimuti oleh energi rendah karena yang ada didalamnya adalah perasaan negatif cemas,takut,keluh kesah, dan amarah. Sedangkan zona ikhlas adalah zona yang bebas hambatan, terasa lapang di hati. Energi yang menyelimuti zona ikhlas adalah berbagai perasaan positif yang berenergi tinggi seperti rasa syukur, sabar, fokus, tenang dan happy.

2.3. Hakikat Ikhlas
            Apabila perbuatan yang dilakukan untuk mendekatkan diri kepada Allah akan tetapi ternodai oleh beberapa keinginan lainya seperti ingin mendapatkan kehormatan atau pujian dari orang lain., dan faktor itu membuat pekerjaannya menjadi ringan, maka ia telah menodai keikhlasannya dengan perbuatan syirik, kecuali jika dalam tujuannya yang lain itu terdapat niat yang baik sehingga masih diharapkan mendapat ganjaran terhadap amal perbuatan dengan beberapa niat agar pahalanya bertambah banyak. Akan tetapi, terkadang mereka lalai sehingga perbuatan itu tercemari dengan nilai-nilai yang dapat mengurangi pahalanya, bahkan membatalkannya.Oleh karena itu, setiap orang yang mengerjakan ibadah seharusnya memperbarui niatnya dan memperhatikan perbuatan mereka hingga tidak tercemar hal-hal yang merusaknya.
            Oleh karena itu siapa yang mengerjakan puasa dengan tujuan mendekatkan diri pada Allah dan mencapai kesehatan, maka tidak merusak keikhlasannya, bahkan jika kesehatannya itu diniatkan untuk memperkuat diri dalam mengamalkan kebaikan, maka pahalany akan bertambah. Rincian mengenai masalah ini memerlukan ilmu dan perhatian terhadap berbagai niat.
            Singkatnya, setiap kepentingan duniawi yang disenangi nafsu dan dicendrungi hati, baik sedikit maupun banyak, ketika mewarnai ibadah yang dilakukan, maka akan dapat menodai keikhlasannya, sedangkan manusia  senantiasa terikat dengan kepentingan-kepentingan dirinya dan tenggelam dalam syahwatnya. Sehingga jarang sekali perbuatan atau ibadahnya dapat terlepas dari kepentingan-kepentingan dan tujuan-tujuan sejenis ini. Oleh sebab itu dikatakan ” siapa yang satu saat dari umurnya dapat selamat secara jernih karena mengharap ridho Allah, maka sesungguhnya ia telah selamat .” Hal itu karena kemuliaan ikhlas dan sulitnya membersihkan hati dari berbagai noda tersebut, bahkan orang yang ikhlas adalah orang yang tidak ada tujuan apa-apa kecuali semata-mata untuk mendekatkan diri kepada Allah.
            Jadi, pengetahuan tentang hakikat ikhlas dan pengamalannya merupakan lautan yang dalam. Semua orang tenggelam didalamnya kecuali sedkit, yaitu orang-orang yang dikecualikan di dalam firmanNya.
            ” Kecuali hamba-hambaMu yang mukhlish diantara mereka.” ( Al-Hijr : 40 ).
            Oleh karena itu hendaknya seorang hamba sangat memperhatikan dan mengawasi hal-hal yang sangat mendalam ini. Jika tidak, maka akan tergolong para pengikut setan tanpa menyadarinya.

2.4. Peta perasaan ikhlas
            Zona ikhlas inilah zona dimana perasaan kita selalu merasa enak ( positive feeling ). Kita harus selalu mengakses zona tersebut karena hidup kita tergantung pada perasaan kita. Perasaan kita inilah yang menjadi sistem navigasi katahati yang memberitahu kita untuk selalu bearada didalam zona ini, maka frekuensi kita akan selalu bersinggungan dengan frekuensi kita akan selalu bersinggungan dengan frekuensi Tuhan ( God Zone ). Kita akan sering mengalami sinkronisaasi atau kejadian-kejadian tak terduga yang sesuai dengan keinginan kita.
            Meminjam terminologi komputer, ketika otak dan hati sudah klik, maka password terbuka. Hal ini membuat kita menjadi mudah paham dan’ ngeh ’ akan segala persoalan. Di zona ikhlas inilah tempat terjadinya perkawinan antara frekuensi hati dengan frekuensi otak, yang membuat semua jenis informasi dan solusi mudah anda dapatkan langsung dari servernya. Dengan demikian, apa yang anda inginkan akan cepat terkabul dan jika salah arah anda segera mendapat feedback untuk mendapat kembali ke jalan yang benar. Otomatis.
            Jika kapasitas pikiran bawah sadar lebih besar dari pikiran sadar, bisa dibilang, kunci sukses hidup kita adalah ketka kita tak lagi hanya mengandalkan pikiran sadar dalam menjalani kehidupan, melainkan juga menggunakan perasaan hati( bawah sadar). Kalau pikiran sadar berhubungan dengan kinerja otak, berhubungan dengan kinerja apakah perasaan bawah sadar itu?
            Pada zaman dahulu, para pakar Sumerian Assyrian menganggap manusia berfikir dab berperasaab dengan menggunakan organ hati ( liver ). Namun hal ini dibantah oleh Aristoteles yang beranggapan bahwa untuk berfikir dan berperasaan, manusia menggunakan jantung ( heart). Kedua pendapat itu membawa pengikut masing-masing, sehingga penggunaan istilah liver berkembang ke daerah selatan, terutama Asia, dan heart berkembang ke Utara, khususnya Eropa.
            Yang terjadi kemudian, penduduk bumi selatan mengungkapkan perasaannya. ” hatiku sangat senang,” sungguh menyesakkan hati ”).Sampai menyentuh daerah hati, sementara penduduk belahan bumi utara menyentuh daerah jantung( ” I love you with all my heart, ” My heart was broke ” ).
            Namun perkembangannya kemudian semakin rancu, terutama dinegeri kita. Heart yang dimaksudkan sebagai jantung diterjemahkan menjadi ’hati’,maka ketika mengatakan ’kau selalu ada didalam hatiku”, yang selalu kita raba adalah daerah jantung ( di dada), bukan hati ( di ulu hati ).
            Oleh karena itu kerancuan masalah pemahaman tentang hati dan jantung ini maka hingga sekarang pun orang menganggap hati sebagai kualitas subjektif. Saat seseorang mengatakan” hatiku hancur ”.itu artinya perasaan atau emosinyalah yang hancusr atau sedih. Pula, kalimat ’ hatiku sedang berbunga-bunga” menunjuk pada perasaan seseorang yang sedang bergembira.
            Padahal sebetulnya hati itu objektif, berupa benda. Dan kalau berdasarkan pada apa yang telah kita bahas pada bab sebelumnya, perasaan muncul dari pikiran. Seseorang yang memikirkan pemutusan hubungan sepihak yang baru dilakukan pacarnya, maka hatinya akan merasakan sedih. Seseorang yang memikirkan kenaikan gajinya ternyata melebihi karyawan yang lain, maka hatinya akan merasakan kegembiraan.
            Pertanyaannya ada;ah . betulkah organ hati yang merasakan itu? Betulkah organ hati yang berhubungan dengan otak/jawabnya : tidak. Jantungklah yang merasakan apa yang otak pikirkan. Ketika kita berpikir takut, jantunglah yang berdebar, bukan hati. Ketika pikiran anda kacau atau stres ( marah, cemas, dan sebagainya ), maka pola irama jantung anda menjadi tidak normal, dan bahkan bisa berakibat negatif pada kesehatan fisik anda.
            Para ahli menyebutkan, jantung mempunyai sistem komunikasi yang lebih luas dan jauh dengan otak daripada yang dilakukan organ-organ tubuh yang lain. Jadi, sebenarnya jantung dan otaklah yang berkomunikasi lebih intens.
            Tuhan telah memberikan kebahagiaan itu didalam diri kita sejak kita lahir didunia. Kita hanya lupa bagaimana ” menyetelnya ” untuk masuk ke dalam frekuensi itu lagi.Terlatih untuk menginginkan sesuatu yang sudah kita miliki. Dengan kata lain, terlatih untuk bersyukur. Kita tahu, didalam rasa syukur tergantung rasa cinta terhadap apa yang kita punya. Dengan begitu kita akan selalu merasa bahagia.
            Saat ini kita sebagai manusia ada dipersimpangan jalan. Tinggal memilih terus hanya mengandalkan pikiran positif, atau mulai menjalani hidup dengan strategi baru, yaitu mengolaborasikan kekuatan pikiran dengan kekuatan hati untuk meraih kejayaan hidup sekaligus menjaga curahan rahmat Ilahi di dunia saat ini dan di akhirat kelak.


 
BAB III

URGENSI KEIKHLASAN BAGI SEORANG MUKMIN
 
3.1. Komposisi Penting Ikhlas
            Sholat merupakan sarana besar dalam penyucian jiwa, sekaligus merupakan tanda dan ukuran dalam penyucian jiwa. Sholat merupakan sarana sekaligus tujuan. Sholat merupakan peresapan makna-makna kedambaan, tauhid, dan kesyukuran. Sholat merupakan zikir, berdiri , ruku’, sujud, dan duduk. Sholat merupakan penegakan ibadah pada organ-organ utama jasad.Penegakkan sholat merupakan pemusnahan sifat angkuh dan pembangkangan terhadap Allah serta merupakan pengakuan akan ketatuhanan dan kemahapengaturan Allah serta merupakan pengakuan dalam ketuhanan dan kemahapengaturan Allah. Oleh karenanya, penunaiannya secara sempurna dapat memusnahkan ujub, ghurur, bahkan seluruh kemungkaran dan kekejian.

            ” ...Sesungguhnya shalat itu mencegah dari perbuatan perbuatan keji dan mungkar..” ( al-Ankabuut : 49 )>
            Imam Ghozali pernah ditanya oleh muridnya, ” Apakah aku termasuk di antara orang-orang yang ikhlas? ” belum juga di jawab, Imam Ghozali balik bertanya, ” Apakah kamu bangun untuk menegakkan sholat malam, hal kumta nishfal lail?”.
            Subhanallah, Mengapa Imam Ghozali ketika ditanya soal keikhlasan balik bertanya dan lalu menghubungkan keikhlasan dengan sholat malam? Ada beberapa hikmah. Pertama, wajib adalah kewajiban. Wajib itu ibarat perintah atasan kepada bawahan, top down. Acapkali melaksanakannya pun dengan keterpaksaan. 
 
Perhatikanlah wajah-wajah muslim yang mengerjakan sholat lima waktu sebatas melaksanakannya perintah. Sekedar ritual. Sementara sunnah adalah kerelaan diri, tidak ada paksaan, dan betul-betul mengabdi, butten up. Sekarang, bandingkan dengan hamba-hambaNya yang ditengah malam, jika yang lain terlelap diatas ranjangnya, mereka mengulurkan sajadah panjangnya, Hikmah kedua adalah merupakan gambaran ibadahnya orang khofi, ibadah yang mengasikkan dan menjadi kesenangan untuk dirinya. Jadi, ketika ditanya apa yang menjadi kesenangannya, dijawabnya aku senang beribadah dengan-Nya. Hikmah ketiga, sebagai pencuri hati Allah sehingga dicintai olehNya. Dan, kalau sudah dicintai Allah, maka para malaikat dan semua makhlukNya akan digerakkan untuk mencintai hamba itu. Hikmah keempat, sebagai tanda cinta kepada Rasul-Nya karena Sholat malam dan sholat-sholat sunnah lainnya merupakan tradisis kemulian manusia pilihanNya. Hikmah kelima, pantaslah mereka yang melengkapi kewajibannya dengan yang sunah meraih maqom terpuji. Dengan sholat sunnah, terjadilah perbaikan, penambahan poin, nilai amal, membangkitkan selera ibadah, dan seterusnya, dan seterusnya.
            Kenapa sholat sunnah?
            ” Wahai manusia, sesungguhnya diri-dirimu tergadai karena amal amalmu, maka bebaskanlah dengan istighfar. Punggung-punggungmu berat karena beban( dosa)-mu, maka ringankanlah dengan memperpanjang sujud.”
            Ketahuilah bahw ilmu khusyu’ berkaitan dengan ilmu pembersihan hati. Oleh karena itu, ulama akhirat mulai dari mengajarkan zikir dan hikmah kepada penempuh jalan kepada Allah agar htainya menjadi hidup. Jika hatinya telah hidup, maka mereka membersihkannya dari berbagai sifat tercela dan menunjukkan mereka kepada berbagai sifat terpuji. Disinilah hatinya mulai dibiasakan untuk khusyu melalui kehadiran bersama Allah serta merenungkan makna-makna. Masing-masing memiliki cara yang disyariatkan bagi mereka.
            Kekhusyuan dan kehadiran hati dalam sholat merupakan syarat. Allah menjadikan sholat sebagai tiang agama, pemisah antara kekafiran dan keislaman, didahulukan daripada haji dan berbagai ibadah lainnya, bahkan seorang wajib dibunuh hanya karena meninggalkannya. Tujuan dari sholat itu sendiri adalah bermunajat kepada Allah.
            Setiap ada hal baik atau buruk yang dilakukan, tertorehlah sebuah jejak. Misalnya, ketika sebuah sukses dipetik, ada sebuah dorongan untuk mengakui kehebatan, kecerdasan, atau kelebihan diri yang membawa sukses itu. Perasaan senang kalau disanjung pun sering muncul tanpa diundang dan tanpa dirasa.
               Obat yang bermanfaat untuk menghadirkan hati seorang mukmin harus mengagungkan Allah, takut kepadaNya, mengharap kepadaNya, malu karena kesembronoannya, serta senantiasa dalam keadaan seperti itu dalam keimannya, walaupun kekuatan keadaan itu tergantung kepada keyakinannya. Jika ia terlepas dari keadaan seperti ini dalam sholatnya, maka penyebabnya adalah pikiran yang bercabang, banyaknya lintasan pikiran ( hal yang terdetik dalam hati ), ketidakhadiran hati dalam bermunajat,ketidakhadiran hati dalam bermunajat, dan kelalaian dalam sholat.
            Komposisi penting ikhlas yaitu :
1.                  Agar seseorang yang beramal dengan keikhlasannya itu selalu lebih mencemaskan pengawasan sang kholik, ketimbang mencari perhatian di kalangan sang kholik, ketimbang mencari perhatian di kalangan sang makhluk karena jika sudah cukup dengan Allah, sang hamba tidak lagi bergantung terhada[ sesama makhluk. Al-fudhail bin ’Iyyadh berkata, ” Bearaml demi manusia adalah syirik ( menyekutukan Allah), begitu juga meninggalkan suatu perbuatan karena seseorang adalah syirik.Sedangkan ikhlas adalah tatkala Allah memperkenankan bagimu untuk lepas dari kedua sikap yang bertentangan itu .”
2.                  Tatkala, aspek spritual sesorang sesuai dengan aspek ( amalan ) lahiriahnya, demikian juga aspek relung rahasia yang ada pada dirinya sesuai dengan perbuatannya yang dilakukan dengan terang-terangan. Sehingga tidak terjadi pertentangan, seperti: aspek lahirnya bersifat konstruktif dalam mempraktikan amalan( kesholehan) namu sisi batinnya memiliki sifat destruktif; bukan menunjukkan sikap semanis madu dari aspek lahiriahnya saja, tetapi aspek relung rahasianya terkandung sikap sepahit buah ’alqomah’. Sari as-saqothi berkata , ” Siapa pun yang menghiasi dirinya hanya karena manusia yang sebenarnya tidak layak untuk itu, maka nilai orang itu, maka nilai orang itu akan jatuh di Mata Allah.”
3.                  Manakala dia tidak lagi menghiraukan pujian maupun cercaan dari orang lain. Salah seorang pernah berkata, ” Janganlah engkau hiraukan jika menjadi seseorang yang terpuji di sisi Allah. Seperti itu pula engkau risaukan jika yang terjadi adalah sebaliknya.”
4.                  Hendaknya dia tidak lagi menghitung-hitung keikhlasannya itu, sehingga membuatnya mengagumi dirinya sendiri: nilai keikhlasannya bisa jadi gugur karena kebanggaan seperti itu. Atas dasar inilah, para a’rifin ( yang telah mencapai maqom ma’rifah) menegaskan ketidakbolehan mengagumi perbuatan sendiri, sampai-sampai Abu Ya’qub as-Susi menyatakan, ’ Jika mereka masih memandang pada keikhlasan mereka sendiri, keikhlasan itu membutuhkan pemurnian keikhlasan sekali lagi!”.
5.                  Diantara komponen ikhlas yang lain adalah : tidak ada lagi pamrih kepada perolehan pahala dari suatu amal di akhirat kelak, karena seorang yang ditulis ikhlas tidak akan merasa tentram jika dalam perbuatannya ada campur tangan keterlibatan ego ( nafs )yang amat samar tidak dapat terdeteksi, sehingga ini membuat amalannya tidak diterima di sisi Allah.
6.                  Mencemaskan keterlibatan unsur riya’ dan hasrat dalam jiwa, sedang dia tidak menyadari akan hal itu, karena setan itu memiliki jaringannya yang tersembunyi, tidak mudah ditengarai, yang bisa menembus kerelung jiwa. Tatkala tidak berhasil mengganggu seorang mukmin dalam ajakannya, masuk pada ajakannya kepada perbuatan maksiat lahiriah, setan selalu bekerja untuk masuk pada ajakan kepada perbuatan maksiat di dalam relung batin manusia, dengan keberhasilannya di situ, setan telah berhasil menghilangkan nilai ibadah-ibadah dan amalan-amalan yang semula di tujukan untuk Allah dan tempat kembali di akhirat.

3.2. Tanda-tanda keikhlasan
            Keikhlasan memiliki berbagai tanda dan sinyalemen ( dalal’il) yang beragam yang dapat terlihat dalam kehidupan, perilaku dan dalam pandangan hidup seseorang yang ikhlas tentang dirinya maupun tentang orang lain. Tanda-tanda tersebut diantaranya;
1.                  Mencemaskan dirinya dari penampilan yang mencari popularitas.
             Tanda keikhlasan pertama adalah tatkala seseorang mencemaskan popularitas dirinya dan keharuman namanya di tengah-tengah masyarakat akan berisiko bagi diri dan agamanya. Sifat ini khususnya adalah bagi mereka yang mendapatkan karunia langsung dari Allah,dan saat dia meyakini bahwa penerimaan disisi Allah adalah dengan amal-amal sirri, bukan penampilan amalan lahiriah. Sesungguhnya seseorang yang mendapatkan kemasyhuran, namanya dikenal luas di mana-mana, tetapi didalam hatinya terdapat berbagai macam pamrih, meskipun kedudukannya seperti itu dimata manusia, dia dalam pandangan Allah tidak memiliki nilai apa pun.
            Salah satu pepatah bijak adalah pernyataan Ibrahim bin Adham, sang zahid kenamaan : ” Allah tidak akan percaya kepada seseorang yang mencintai popularitas.”
            Di dalam berbagai literatur, banyak spiritual penulis, kita dapati sebagai contohnya, ulama sekaliber al-Qusyairi dalam risalahnya, Abu Tholib al-Makki dalam kitabnya,dan al-Ghazali dalam kitab al-Ihya.¹


                ¹ Lihat paparan Al-Ghozali dalam ” celaan terhadap kecintaan kepada popularitas dan ketenaran” dan ” penjelasan tentang keutamaan tidak menonjolkan diri”, pada pembahasan ” celaan bagi sikap ambisi  meraih prestasi dan sikap riya’ ” yang menjadi bagian dari kitab Ihya, dalam ’Allamah Murtadho az-Zubaidi, Syarh Ihya’ ( Beirut: Dar al-Fikr, t.t.)Juz VIII,hlm .232-238.




2.                  Selalu mencurigai kecendrungan Ego
            Tanda keikhlasan yang kedua yang selalu ada pada orang yang mukhlis adalah selalu curiga pada egonya sendiri, karena sudah terlalu jauh dari sisi Allah maupun begitu mudahnya tidak melakukan sepenuhnya segala kewajiban agama. Sehingga dengan kekhawatiran ini kalbunya tidak dapat dikendalikan oleh berbagai tipuan lebih membanggakan amal dan egonya sendiri. Bahkan, sampai-sampai sang mukhlish mencemaskan jika saja kejahatan-kejahatannya tidak terampuni, dan jika saja amalan-amaln kebaikannya tidak diterima di sisi Allah.

3.                  Beramal tanpa publisitas, bukan dengan niat untuk menjadi bahan sorotan
            Tanda keikhlasan ketiga adalah manakala amal kebaikan yang dikerjakannya dengan tanpa publisitas lebih disukai ketimbang amal kebaikan yang melibatkan pres release dan pemberitaan umum. Sang dermawan lebih merasa mulia bergelar sebagai  ” Pahlawan tak dikenal ”, yang menyumbangkan hartanya secara anonim ( tanpa menyebutkan nama), dan yang rela berkorban tanpa diketahui umum. Orang ini tidak terasa telah berperan di masyarakatnya sebagai akar yang kuat, namun tetap bersikap low profile, tidak tampil mencolok di depan khalayak. Atau dengan kata lain, memainkan peran seperti pondasi suatu bangunan, jika tidak atas jasanya dinding tidak akan bisa berdiri tegak, tidak pula atap dan seluruh rumah dapat utuh, tetapi dermawan ini tidak dikenali, orang tidak memandangnya, sebagaimana mereka mengakui jasa-jasa dinding dan balkon rumah.

4.         Tidak mencari pujian dan terpedaya sanjungan
            Dari berbagai tanda-tanda ikhlas adalah tidak mengejar dan berambisi untuk mendapatkan sanjungan orang lain. Pada saat orang lain memuji sekalipun, pujian mereka itu tidak akan berhasil membuatnya lengah tentang siapa sebenarnya dirinya, yang telah dia kenal dengan baik Hanya dia yang lebih tahu tentangpotensi-potensi yang tersembunyi dan kecenderungan dari dirinya sendiri yang menyembunyikan sesuatu, yang dengan tampilan luar sekilasnya dapat dijadikannya sebagai godaan di relung batin nuraninya.
5.         Tidak Kikir memberi pujian dengan mengakui kelebihan mereka yang patut            dipuji.
            Dalam memberi pujian tidak segan-segan memberikan penghargaan bagi yang memang patut mendapatkan penghargaan. Pada segi ini, terdapat dua risiko: pertama, risiko menyelamatkan  pujian dan ungkapan penghornmatan kepada siapapun yang tidak berhak; dan kedua, keengganan untuk memberikan pujian kepada yang berhak menerimanya.

6.         Tetap optimal bekerja, baik saat menjadi pimpinan atau bawahan
                Seorang yang mukhlish akan mengabdi tanpa mempedulikan apakah dia seorang pemimpin pasukan ataukah dia prajurit biasa yang berbeda digaris front paling belakang, selama di dalam memainkan kedua peran itu masih mengharapkan keridhoan sehingga kalbunya tidak dikuasai oleh ambisi untuk menonjolkan diri, membanggakan solidaritas satu korps, ambisi pada kekuasaan serta jabatan dan jenjang tertinggi dalam pos kemiliteran.Dengan kata lain, dalam menjalankan tugas tidak dilatarbelakangi oleh ambisi maupun mengejarnya demi kepentingan pribadinya.
           
      7.         Fokus pada keridhoan Allah, bukan pada keinginan orang lain.
                  Agar tidak memperdulikan kemauan orang lain jika berkonsekuensi logis pada timbulnya kemurkaan Allah. Ini karena, masing-masing manusia memiliki perbedaan mencolok dari segi rasa dan standar nilai perilaku mereka; dari segi ide-ide pemikiran dan kecendrungan maupun orientasi dan jalan hidup mereka, artinya; upaya memuaskan mereka secara keseluruhan adalah tujuan yang tidak akan dapat tercapai, dan sasaran yang mustahil untuk dapat dituntaskan.


8.         Rela dan marah karena Allah, bukan karena dorongan ego.
            Tatkala kecintaan maupun kebenciannya, pemberian dan sikapnya dalam menahan diri, ridho dan kemarahannya, semuanya itu adalah hanya karena Allah dan bagi tegaknya agamaNya, bukan atas dasar dorongan ego dan imbalannya. Sehingga ia tidak menjadi orang-orang oportunistis dan kaum munafik yang mendapat celaan dari Allah.

9.                  Kesabaran dalam menempuh suatu proses yang panjang.
            Agar seseorang tekun menempuh lamanya suatu proses, liku-liku menuju suatu hasil akhir, tibanya kesuksesan di menit-menit terakhir, dan kepenatan beraktivitas ditengah-tengah berbagai manusia yang memiliki yang memiliki beragam perasaan dan kecenderungan dengan mengalahkan sifat-sifat malas, menunda-nunda pekerjaan, lari dari tugas, atau berhenti di tengah jalan

10.              Bangga dengan adanya potensi baru.
            Merasa bangga dengan munculnya potensi di antara orang-orang yang beramal untuk meneruskan atau turut memberi kontribusi positif dalam memperaktikkan amal. Begitu juga, berbesar hati memberikan peluang kepada orang baru yang memiliki kelebihan diri kelak akan menggantikan dirinya, tanpa adanya ganjalan di kalbu, merasa dengki, atau berkeberatan.

11.              Keterkaitan kepada amalan yang lebih bermanfaat.
            Antusiasme dalam amalan yang lebih mendekatkan kepada ridho Allah, bukan yang semakin memperturutkan ego. Yang lebih membuat seorang mukhlish terkesan,karenanya, adalah amal yang lebih mendatangkan manfaat dan membawa dampak yang lebih efektif, meskipun pada dasarnya amalan seperti itu sulit menjadi tujuan bagi kecenderungan yang timbul dari hasrat ( hawa), tidak pula membawa kepada suatu kepuasan ataupun kesenangan yang bersifat fisik.

            3.3. Faktor-faktor yang menumbuhkan keikhlasan.
            Kebahagiaan adalah alat untuk meraih kesuksesan. Bukan sebaliknya, sebagian besar orang akan merasa bahagia ketika mereka sukses meraih sebuah pencapaian tertentu
            Kebanyakan orang hanya melakukan pekerjaannya dengan alasan penghasilannya yang tinggi. Tanpa pernah memikirkan apakah pekerjaan itu sesuai jiwa, pribadi, misi dan visi hidupnya. Mereka hanya berfikir kalau penghasilan tinggi, mereka akan bahagia dan segala-galanya beres. Ternyata tidak demikian, karena betapa pun besarnya penghasilan seseorang kalau pekerjaannya tidak selaras dengan misi dan visi hidupnya, maka pekerjaan itu tidak akan memberikan kebahagiaan, tapi justru menjadi sebuah perjuangan dan beban.
            Allah selalu menjawab apa yang kita minta lewat perasaan di hati. Jika perasaan kita tidak jelas, maka ” ketidak jelasanlah yang dikabulkan, Oleh karena memang itulah yang sesuai dengan perasaan kita. Dan jika kita minta dengan jelas dan penuh keyakinan, maka hal-hal yang meyakinkanlah yang dikabulkan dan terjadi.
            Ada banyak elemen dasar yang membantu para peniti jalan Allah dalam mengikhlaskan niat dan amal semata-mata untuk Allah,yaitu
1.      Ilmu yang mendalam
2.      Bergaul bersama orang-orang yang ikhlas
3.      Belajar dari sejarah orang-orang Ikhlas
4.      Mujahadah melawan ego
5.      Berdo’a dan memohon pertolongan Allah
Doa adalah senjata umat Islam dan merupakan sebab non fisik dari berbagai faktor spiritual yang telah ditetapkan Allah, agar seseorang dapat merealisasikan segala permintaannya dan memenuhi kebutuhannya.



3.4. Buah dari  Keikhlasan
            Nilai-nilai keikhlasan banyak memberi kontribusi positif bagi jiwa dan kehidupan pelakunya. Kami akan paparkan secara garis besar berikut ini :
1.      Kedamaian Jiwa
Keikhlasan memberikan ketenangan batin sekaligus ketentraman dalam kalbu , bisa juga menyebabkan seseorang berlapang dada dan kalbunya menjadi tenang. Di dalam keikhlasan kalbu sebenarnya mengejar satu tujuan : keridhoan Allah. Tidak dapat disangkal bahwa tujuan yang sudah jelas dan konsistensinya adalah jalan spiritual yang mereka tempuh itu memiliki kekuatan yang membimbing kepada ketenangan spiritual dari berbagai ujian yang berat dan kegalauan jiwa ditengah berbagai otientasi, konflik di tengah berbagai interses, serta beragam jalan hidup.
2.      Potensi spiritual
Keikhlasan memberi pelakunya kekuatan spiritual luar biasa yang mendapatkan sandaran dari cita-cita luhur, yang ingin dia raih dengan jiwa yang diiringi dengan keikhlasan dan dengan mengesampingkan keinginan-keinginan yang lain yakni cita-cita untuk mendapatkan keridhoan dan balasan dari sisi Allah.
3.      Konsistensi dalam beramal
Dari antara berbagai dampak positif ikhlas adalah dapat membantu pelakunya dengan semangat kerja yang kontinyu.Sesungguhnya, seseorang yang melakukan sesuatu demi manusia atau seseorang yang melakukan sesuatu demi pemenuhan hasrat konsumtif dan nafsu seksualnya bisa saja dia akan berhenti saat tidak menemukan sesuatu yang dapat memuaskan dorongan hasratnya.
      Berbeda dengan seseorang yang beramal demi Allah, dia tidak akan berhenti, tergoda dan akan menunda-nunda selamanya, karena seseorang yang beramal demi Dia, tidak akan merasa sendirian dan tidak akan ditinggalkan. Allah akan selalu hadir manakala manusia tidak akan selalu ada, dan setiap makhluk akan binasa.

4.      Status amalan yang mudah menjadi amal ibadah
Keikhlasan adalah ” eliksir” yakni senyawa kimiawi yang digunakan untuk mengubah suatu unsur menjadi benda berharga, disini adalah maksudnya adalah inti.bagi berbagai amal. Jika dia dilekatkan pada berbagai macam amal meskipun dikategorikan sebagai amalan-amalan yang mubah dan amalan kebiasaan sehari-hari, dapat mengubahnya menjadi amalan ibadah dan media pendekatan diri pada Allah.

5.      Perolehan pahala atas suatu amal kebaikan, sekalipun belum dilakukan atau diselesaikan
Diantara keberkahan yang berasaldari sikap keikhlasan kepada Allah ialah :  yang mukhlish masih mungkin memperoleh pahala yang utuh dari suatu amal, meskipun tidak memiliki kemampuan lagi dalam menyelesaikan pekerjaannya,
” Siapa yang hanya memohon untuk sampai kepada derajat ke-syahidan dengan tulus, Allah pasti akan mengangkatnya ketempat tingkatan para syuhada, meskipun dia meninggal di atas tempat tidur.”²


²H.r. Muslim dan perawi-perawi penyusun kitab Sunan, dari hadits Sahl bin Hanif. Lihat Shahih Jami’ ash-Shaghir, hadits no.6276.
            

6.      Kemenangan dan kecukupan dari Allah
Diantara dampak positif dari ikhlas adalahseorang yang mukhlish akan mendapatkan dukungan dari Allah dan akan dicukupi Allah, Mahasuci bagi Dia, sebagaimana firmanNya:
” Bukankah Allah maha mencukupi bagi segenap hambaNya.”( Q.s. az-Zumar:36)
      Imam Ahmad berkata , ” Dawud telah meriwayatkan hadits kami, dari Syu’bah yang mengabarkan kepada kami, dari Waqid bin Muhammad bin Zaid, dari Ibnu Abi mulaikah, dari qosim bin Muhammad, dari Aisyah, dia berkata:
'Anyone who makes himself the target of human invective, but he did it for the sake of Allah will find keridhoan insufficiency, so no longer does he want from others. Likewise, anyone who only indulge the desire of man, by doing something that brought the wrath of God, God will deliver it in the hands of the fate of human-human’
                       
7.      Dukungan dan naungan Allah di masa-masa sulit dan kritis
Di antara berbagai pengaruh positif dari sikap ikhlas ialah: Allah akan membantu hambaNya yang mukhlish dengan pertolonganNya, menjaga hamba itu dengan Mata pengawasan Allah yang tidak akan pernah terhenti karena mengantuk. Allah tidak akan pernah meninggalkan hambaNya tatkala ditimpa berbagai problematika dan diliputi oleh saat-saat sulit dan malapetaka, Allah akan menjawab permohonan doanya dan melepaskannya dari segala kesedihan.
8.      Integrasi sosial dan kelangsungan hidup ini
Pengaruh positif tidak saja berkaitan dengan manfaat-manfaat yang ditujukan bagi kehidupan akhirat yakni, didalam keikhlasan, kita bukan hanya memohon agar segala perbuatan kita menjadi amalan yang diterima di sisi Allah, agar kita bisa masuk ke surga Allah dan terlepas dari ancaman neraka, tetapi bahkan ada yang lebih besar di balik itu. 


 
BAB IV
BAB KESIMPULAN

4.1.      Simpulan
                        Sungguh kecintaan duniawi dan tampilan luarnya yanmg memikat, dalam bentuk kekayaan materi, prestse,jabatan, kekuasaan dan popularitas itulah yang melahirkan fir’aun-fir’aun modern dan dictator-diktator yang menebarkan tirani di berbagai belahan negeri, sehingga mereka banyak menimbulkan kerusakan di muka bumi ini. Kelompok manusia yang member peluang dan member jalan pada perusak ini adalah kalangan munafik, yang selalu mengusap-ngusap dan membersihkan sepatu tuan-tuannya, sehingga selalu mengiyakan perbuatan mereka, menjadikan setiap ucapan-ucapan atasan mereka itu sebagai hukum yang ditaati, dan kata-kata mutiara serta setiap perbuatan mereka itu dianggap sebagai langkah-langkah kepahlawanan dan tindakkan kebaikan.
            Tidak ada satupun yang menyelamatkan umat manusia dari cobaan kehilangan, kerugian dan kerusakan dimuka bumi ini, kecuali orang-orang yang ikhlas. Yakni, orang-orang yang melakukan segalanya demi Allah , bukan untuk kepentingan kelompok manusia, yang berniat menegakkan kebenaran, bukan sekedar memperturutkan hawa nafsu, dan berjuang menegakkan kalimat Allah dalam peringkat teratas, bukan untuk mengabdi pada keinginan seseorang atau untuk memamerkannya kepada yang lain.Sesungguhnya, keselamatan yang hakiki hanya dapat diwujudkan dengan keikhlasan.

4.2.      Saran
                        Dalam mengikhlaskan niat dan amal semata-mata Untuk Allah, yakni kita harus menanamkan sifat-sifat dalam diri kita, yakni faktor-faktor kejiwaan , segi-segi motif yang bersifat spiritual maupun aspek-aspek yang bersifat amaliah, yang jika sebagian besarnya dimiliki dan dan jika sangat kuat melekat pada diri seorang muslim, tidak diragukan lagi akan dapat membawa pengaruh bagi daya nalar maupun dari nuraninya; sehingga menempatkannya pada garis terdepan dikalangan hamba-hamba Allah yang Mukhlish.


DAFTAR PUSTAKA

Sentanu,Erbe.2007. ” Quantum Ikhlas ” Jakarta.Kata hati Institute
Prayitno,Irwan.2003. ” Kepribadian Muslim ” Jakarta.Pustaka tarbiatunaMuslih Aziz,Muhammad. 2007 ” Mutiara itu bernama sholat sunah ”. Jakarta.Hikmah populer
Hawwa, Sa’id.2005 ” Tazkiyatun Nafs ”. Jakarta. Pena ilmu dan amal
Qordhowi, Yusuf al-.2005 ” Niat dan ikhlas dalam naungan cahaya alqur’an danas-   sunnah “.Surabaya.Risalah Gusti

Tidak ada komentar:

Posting Komentar